Nama : IIN SUPRIHATINI
Kelas : 3EA14
Npm : 13210395
Karakteristik konsumen
indonesia (pada umumnya) dan faktor-faktor yang paling mempengaruhi perilaku
konsumen Indonesia
-Karakteristik konsumen
Indonesia (pada umumnya)
Konsumen Indonesia
ternyata mempunyai beberapa ciri khas dan
karakter unik yang perlu dicermati dibandingkan
dengan konsumen negara di Asia lainnya
atau Amerika dan Eropa. Karakter ini perlu
dipelajari untuk menyusun strategi pemasaran yang jitu agar mampu mendongkrak
penjualan.
Dengan mengerti perilaku konsumen adalah bagian strategi pemasaran yang efektif. Chairman Frontier Consulting Group Handi Irawan mengelompokkan karakter konsumen Indonesia menjadi 10 jenis
Dengan mengerti perilaku konsumen adalah bagian strategi pemasaran yang efektif. Chairman Frontier Consulting Group Handi Irawan mengelompokkan karakter konsumen Indonesia menjadi 10 jenis
Handi mengatakan beberapa karakter diperkirakan
akan terus menguat dalam beberapa tahun ke depan sehingga
bisa digunakan perencanaan
dengan baik. Karakter yang
terus menguat adalah suka berkumpul, suka
buatan luar negeri, dan suka religi, serta suka pamer dan gengsi. Karakter
yang melemah seiring dengan perkembangan
zaman adalah, memori jangka pendek, tidak
memiliki perencanaan, gaptek, kedaerahan dan kesadaran lingkungan
Karakter
pertama,
(short term
perspective),
konsumen Indonesia mempunyai memori jangka pendek. Sebagian besar konsumen
ingin memperoleh hasil atau keuntungan yang singkat dari hasil pembelian produk
atau jasa. Tengok saja, mana yang lebih
banyak pasarnya antara produk penambah
tenaga dan produk vitamin untuk kesehatan. Bandingkan juga
antara kredit sepeda motor dan tabungan pendidikan. Jelas, produk
suplemen penambah tenaga lebih
menguasai pasar, begitu juga
kredit sepeda motor yang lebih
mendominasi. “Karena itu, berikan pemahaman kepada konsumen
mengenai keuntungan jangka pendek atau cepat. Strateginya, gunakan hadiah
langsung atau promo lainnya yang mudah dipahami konsumen,” ujar Handi pada
seminar bertajuk 10 Karakter Unik Konsumen Indonesia, di Jakarta, belum lama
ini.
Karakter
Kedua,
(dominated by
unplanned behavior)
umumnya konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan. Karakter ini berhubungan
dengan karakter pertama. Konsumen juga kurang
menghargai waktu dan memiliki gaya hidup
santai. Akibatnya, proses pembelian kurang efisien. Namun, hal ini
bisa dimanfaatkan dengan menerapkan strategi produk
atau layanan yang mempunyai fleksibilitas tinggi.
Artinya, produk itu bisa digunakan alam
berbagai situasi multifungsi. Agar cepat tertuju kepada
konsumen, gunakan display mencolok.
Karakter Ketiga, konsumen Indonesia suka berkumpul, baik dengan kolega, relasi kerja, dengan keluarga, maupun dengan teman satu komunitas. Karakter ini merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia sejak lama sehingga akan bertahan hingga beberapa puluh tahun ke depan. Dalam kondisi ini, biasanya teman dan kolega bisa memengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Cara yang efektif, tingkatkan komunikasi terhadap kelompok atau grup tempat konsumen berkumpul. Bentuklah opini yang dapat memengaruhi kelompok itu. “Konsumen akan membeli atau menggunakan produk jasa jika teman-teman juga membeli. Jadi kelompok dan komunitas itu harus diedukasi,” kata Handi.
Karakter
keempat
adalah gaptek alias gagap teknologi. Konsumen Indonesia lebih doyan menggunakan
teknologi yang sederhana dan
tidak rumit. Contohnya,
perkembangan teknologi informasi dunia
mendorong munculnya telepon
seluler dengan beragam
fasilitas mulai dari
GPRS, 3G hingga teleconference. Namun apa yang terjadi?
Masyarakat Indonesia tetap menggandrungi telepon dan pesan singkat (SMS)
sebagai cara komunikasi efektif. Pasar yang menggunakan
teknologi simpel lebih gemuk dibandingkan dengan pasar yang selalu mengadopsi
teknologi tinggi.Cara pemasarannya, buatlah teknologi
untuk tujuan fun atau hiburan, serta
teknologi yang mudah digunakan dan
aman. Dalam kondisi
ini, menjadi pengikut
kesuksesan produk lain
bisa jadi pertimbangan dalam menyusun strategi.
Karakter
Kelima,
konsumen Indonesia lebih
mengutamakan konteks, bukan
konten. Konsumen Indonesia bukan masyarakat yang menyukai informasi
bersifat analisis data atau perdebatan, melainkan hiburan. Tengok
saja acara talk show atau perdebatan
konflik politik dibandingkan dengan talk
show bertema hiburan seperti Empat Mata-nya Tukul. Peringkat yang paling
tinggi tentu acara yang kedua. Masyarakat tidak mau
menggunakan banyak otak saat menonton atau baca
koran. Masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media hiburan, dan bukan
informasi. Jadi, strategi pemasaran untuk konsumen ini adalah, membuat produk
dengan kemasan dan desain yang menarik atau display yang mencolok, berikan
pesan-pesan yang langsung dipahami konsumen.
Karakter keenam, fanatik terhadap produk buatan luar negeri. Rasa nasionalisme bangsa Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan bangsa Korsel atau Jerman yang menghargai produk sendiri.
Masyarakat
kurang menghargai produk asli buatan lokal
karena kualitasnya sulit bersaing dengan produk asing.
Ada beberapa cara untuk mengakali konsumen dengan
karakter seperti ini. Pertama,buat produk dengan
simbol-simbol asing seperti membubuhkan tulisan made in dalam label produk.
“Namun jangan bohongi dan menipu konsumen,” kata
Handi. Cara lainnya, membuat produk dengan harga
premium, atau beraliansi dengan merek global.
Karakter
ketujuh ,yaitu
konsumen religius dan suka supranatural. Pasar bank syariah di Indonesia dalam
tiga tahun terakhir terus naik signifikan.
Pada dasarnya bangsa Indonesia itu manusia
yang baik dan tidak suka mengolok-olok sehingga pasar ini tumbuh.
Strategi untuk konsumen ini adalah bisa bergabung dengan asosiasi keagamaan,
atau memberikan label religi seperti mendaftarkan
kehalalan produk. Cara terakhir, meluncurkan
produk baru untuk segmen ini, karena potensi pasar religi ke
depannya akan terus berkembang.
Karakter
kedelapan,
adalah pamer dan gengsi, ini berkaitan dengan
karakter konsumen yang banyak menyukai produk asing. Kondisi
ini didorong oleh masih adanya budaya feodal dan apresiasi berlebihan di tengah
masyarakat. Strateginya adalah, ciptakan produk
dengan edisi terbatas, atau produk eksklusif.
Bisa juga dengan memberikan layanan personal secara khusus.
Karakter
kesembilan,
adalah kekuatan subkultur atau budaya. Di
beberapa daerah pengaruh budaya lokal
masih kuat. Cara pemasaran
untuk konsumen seperti
ini dengan memberikan sentuhan
kedaerahan, baik dalam promo produk maupun
layanan. Untuk distribusi, bisa juga menggandeng
distributor lokal yang lebih memahami karakter daerah setempat.
Karakter
kesepuluh
yaitu rendahnya kesadaran terhadap lingkungan.
Strateginya, posisikan konsep ramah lingkungan
hanya pada level perusahaan bukan lebel
produk di tingkat konsumen. Terapkan produk ramah
lingkungan untuk keperluan ekspor dan pasar luar negeri saja.Namun, karakter
ini dalam beberapa tahun ke depan akan berubah seiring dengan maraknya kampanye
kesadaran lingkungan dan pemanasan global sehingga harus diantisipasi.
-
faktor-faktor yang paling mempengaruhi perilaku konsumen Indonesia
Dalam buku Marketing Management: Twelfth Edition
oleh Philip Kolter dan Kevin Lane Keller pada tahun 2006, perilaku pembelian
konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi,
dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan
paling dalam adalah faktor budaya.
-Faktor budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah
sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para
anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama, ras, kelompok bagi
para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan
akan sering merancang program pemasaran yang cermat disana.
-Faktor social
Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen
yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok
acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status sosial seseorang menunjukkan
kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran
menghasilkan status.
Contoh, seorang yang memiliki peran sebagai
manajer dan status yang lebih tinggi dari pegawai kantor, dimana ia juga
memiliki banyak keluarga dan anak, tentu ia akan tertarik dengan produk mobil
dari Toyota, karena ada kesesuaian antara kebutuhan dan keunggulan Toyota
sebagai mobil keluarga ideal terbaik Indonesia,
ia bahkan juga bisa membeli pakaian mahal dan juga keluarganya, membeli rumah
besar untuk keluarganya dan lain-lain.
-Faktor
pribadi
Keputusan membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.
-Psikologi
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran
Sumber :
http://www.psikologizone.com/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-konsumen/06511904